Perbedaan Token dan Coin: Mana yang Termasuk Altcoin?

Altcoin

13 Nov 2025

6 menit

Ditulis oleh: Kevin H

Pattern 1
Article

Hi Sahabat Floq, dalam ekosistem cryptocurrency yang terus berkembang, terdapat banyak istilah teknis yang sering digunakan secara bergantian, padahal memiliki makna yang berbeda secara mendasar. Dua istilah yang kerap membingungkan adalah "token" dan "coin". Bagi Sahabat Floq yang sedang menjelajahi dunia kripto, memahami perbedaan antara keduanya sangat penting untuk memperoleh wawasan yang akurat mengenai cara kerja aset digital. Artikel ini akan membahas secara mendalam pengertian token dan coin, perbedaannya secara teknis dan fungsional, serta bagaimana keduanya dikaitkan dengan istilah altcoin yang umum digunakan di pasar kripto. 

Pengertian Coin dalam Ekosistem Blockchain 

Coin atau koin dalam konteks kripto mengacu pada aset digital yang berjalan di atas blockchain-nya sendiri. Artinya, coin memiliki jaringan blockchain independen yang mengatur seluruh sistem transaksi dan validasi dalam ekosistemnya. Contoh coin yang paling dikenal secara luas adalah Bitcoin dan Ethereum, meskipun dalam perkembangannya Ethereum telah mengalami transformasi teknis signifikan ke dalam Ethereum 2.0 yang menggunakan sistem proof-of-stake. 

Coin biasanya digunakan sebagai alat pembayaran utama dalam jaringan tersebut. Mereka dapat berfungsi sebagai alat tukar, penyimpan nilai, hingga unit akun yang sah di dalam sistem blockchain yang mendasarinya. Bitcoin, misalnya, digunakan dalam jaringan Bitcoin untuk mentransfer nilai dan mencatat transaksi secara terdesentralisasi. Ethereum juga demikian, di mana ETH digunakan untuk membayar biaya transaksi yang disebut gas fee dan juga menjadi pondasi bagi banyak aplikasi terdesentralisasi atau decentralized applications (dApps). 

Ciri utama dari coin adalah keberadaan native blockchain. Coin bekerja sebagai bahan bakar utama yang menggerakkan seluruh sistem dalam jaringannya. Untuk memberikan gambaran yang mudah, kamu bisa mengibaratkan coin seperti mata uang resmi dalam suatu negara. Ia merupakan alat tukar utama dan juga bagian dari infrastruktur ekonomi digital di dalam jaringan tersebut. Dalam kasus coin, skalabilitas, keamanan, dan efisiensi jaringan merupakan hal yang sangat diperhatikan karena berkaitan langsung dengan performa dan kehandalan jaringannya. 

Apa Itu Token dan Bagaimana Ia Bekerja? 

Berbeda dari coin, token tidak memiliki blockchain mandiri. Sebaliknya, token diciptakan dan dijalankan di atas blockchain yang sudah ada. Ini berarti token tidak memiliki infrastruktur jaringan sendiri, melainkan memanfaatkan protokol blockchain lain untuk menjalankan fungsinya. Beberapa blockchain populer yang menjadi tempat bagi ribuan token adalah Ethereum, Binance Smart Chain, Avalanche, dan Solana. 

Token umumnya dibuat berdasarkan standar teknis tertentu yang berlaku di blockchain tersebut. Misalnya, di jaringan Ethereum, token menggunakan standar ERC-20 untuk token biasa atau ERC-721 untuk token non-fungible (NFT). Di Binance Smart Chain, digunakan standar seperti BEP-20. Standar ini memungkinkan token beroperasi secara interoperabel di dalam ekosistem yang menaunginya, termasuk kompatibilitas dengan dompet digital, protokol DeFi, dan berbagai aplikasi lainnya. 

Fungsi token sangat beragam. Ada token yang digunakan sebagai representasi nilai atau aset digital tertentu, seperti stablecoin yang nilainya dipatok terhadap mata uang fiat. Ada pula token yang digunakan untuk memberi hak suara dalam sistem tata kelola proyek kripto, yang disebut sebagai governance token. Di sisi lain, ada token yang memberikan akses ke layanan tertentu, seperti fitur di dalam aplikasi Web3 atau platform DeFi. Bahkan beberapa token berfungsi sebagai bentuk insentif bagi pengguna yang berpartisipasi dalam suatu jaringan. 

Walaupun token tidak memiliki jaringan sendiri, mereka tetap dapat dikirim antar dompet digital dan diperjualbelikan di berbagai bursa aset kripto. Hal ini dimungkinkan karena token mengikuti protokol standar yang dikenali oleh jaringan blockchain induknya. Dalam banyak kasus, token justru menjadi cara yang efisien dan cepat untuk melakukan peluncuran proyek baru karena tidak memerlukan biaya besar atau pengembangan jaringan dari nol. Jika kamu ingin memantau dan menyimpan aset token atau coin secara praktis, kamu bisa download aplikasi Floq yang menyediakan fitur dompet kripto yang aman serta pemantauan portofolio secara real-time langsung dari satu platform.

Perbedaan Token dan Coin dalam Praktik Nyata 

Secara teknis, perbedaan utama antara coin dan token terletak pada jaringan blockchain yang mereka gunakan. Coin beroperasi pada blockchain independen yang sepenuhnya dikendalikan oleh pengembang dan komunitasnya. Hal ini berarti bahwa pengembangan sebuah coin membutuhkan sumber daya yang lebih besar karena melibatkan pembuatan dan pemeliharaan infrastruktur jaringan secara menyeluruh, termasuk algoritma konsensus, keamanan node, dan skalabilitas transaksi. 

Token, sebaliknya, memanfaatkan jaringan blockchain yang sudah ada, sehingga proses pengembangannya cenderung lebih cepat dan efisien. Karena itu, banyak proyek kripto baru memulai dengan peluncuran token sebagai langkah awal, sambil mengembangkan teknologi mereka secara bertahap. Jika proyek tersebut berkembang pesat dan membutuhkan kontrol lebih besar terhadap jaringan, maka mereka dapat mempertimbangkan untuk membangun blockchain sendiri dan bertransformasi menjadi coin. 

Contoh nyata dari penggunaan token dapat dilihat pada proyek-proyek seperti Uniswap, Aave, atau Chainlink. Token dari proyek-proyek ini dibangun di atas jaringan Ethereum dan digunakan dalam fungsi-fungsi spesifik seperti pemberian insentif, tata kelola protokol, hingga pembayaran dalam layanan tertentu. Mereka tidak bersaing secara langsung dengan Ethereum sebagai jaringan induk, melainkan berkontribusi memperluas utilitas ekosistem Ethereum dengan menambahkan layanan dan inovasi baru. 

Di sisi lain, coin seperti Bitcoin lebih berperan sebagai alat tukar utama yang beroperasi di dalam jaringan mandirinya. Bitcoin tidak digunakan untuk menjalankan aplikasi atau kontrak pintar seperti pada Ethereum, tetapi memiliki peran penting sebagai sistem pembayaran terdesentralisasi yang pertama dan paling mapan hingga saat ini. 

Altcoin: Coin, Token, atau Keduanya? 

Istilah altcoin berasal dari gabungan kata “alternative” dan “coin” yang secara harfiah berarti alternatif dari Bitcoin. Pada awal kemunculannya, altcoin merujuk pada semua jenis coin selain Bitcoin, seperti Litecoin, Dogecoin, atau Ripple yang mencoba memberikan pendekatan berbeda dalam hal kecepatan transaksi, biaya, atau algoritma konsensus. 

Namun, seiring waktu, definisi altcoin menjadi lebih luas dan sering kali mencakup juga token yang dibangun di atas blockchain lain. Dalam praktik pasar, semua aset digital selain Bitcoin umumnya dianggap sebagai altcoin, baik itu coin dengan jaringan sendiri maupun token yang berjalan di atas blockchain seperti Ethereum atau Binance Smart Chain. 

Jadi, apakah token termasuk altcoin? Secara teknis, token bukanlah coin karena tidak memiliki blockchain mandiri. Tetapi dari perspektif pasar dan perdagangan, token seperti Uniswap (UNI), Chainlink (LINK), atau The Sandbox (SAND) sering dikategorikan sebagai altcoin karena mereka bukan bagian dari jaringan Bitcoin dan diperdagangkan di pasar aset kripto sebagai alternatif. 

Perbedaan dalam terminologi ini menunjukkan bahwa penting bagi Sahabat Floq untuk memahami konteks penggunaan istilah tersebut. Dalam konteks teknis, altcoin merujuk pada coin dengan blockchain sendiri. Namun dalam konteks pasar, semua aset digital yang bukan Bitcoin dapat dikategorikan sebagai altcoin karena fungsinya sebagai alternatif investasi dalam ekosistem kripto yang lebih luas. 

Mengapa Memahami Perbedaan Ini Penting? 

Memahami perbedaan antara token dan coin bukan sekadar untuk tujuan akademis, tetapi juga memiliki implikasi praktis dalam penggunaan aset digital. Sebagai contoh, ketika Sahabat Floq hendak menyimpan aset kripto di dompet digital, kamu perlu memastikan bahwa dompet tersebut kompatibel dengan jenis aset yang kamu miliki. Beberapa dompet hanya mendukung token dengan standar tertentu, sementara lainnya hanya bisa menyimpan coin dari jaringan tertentu. 

Selain itu, memahami struktur teknis dari token atau coin dapat membantu dalam mengevaluasi proyek secara lebih objektif. Mengetahui bahwa suatu aset adalah token di atas jaringan Ethereum, misalnya, memberi gambaran bahwa aset tersebut bergantung pada keamanan dan performa Ethereum sebagai jaringan induk. Sebaliknya, jika aset tersebut merupakan coin, kamu perlu mengevaluasi performa blockchain-nya sendiri, termasuk jumlah node, algoritma konsensus, dan keberlanjutan ekosistemnya. 

Pengetahuan ini juga akan mempermudah kamu dalam memahami bagaimana aset digital digunakan dalam ekosistem DeFi, NFT, atau Web3. Dengan pemahaman yang tepat, kamu dapat menghindari kesalahan umum, seperti salah kirim aset karena ketidaksesuaian jaringan, atau memilih dompet yang tidak mendukung jenis token tertentu. 

Implikasi Teknologi dan Masa Depan Coin serta Token 

Dalam perkembangan industri blockchain yang dinamis, perbedaan antara coin dan token bisa menjadi lebih fleksibel. Banyak proyek yang awalnya diluncurkan sebagai token, akhirnya bermigrasi menjadi coin ketika mereka membangun blockchain mereka sendiri. Salah satu contoh terkenal adalah Binance, yang pada awalnya meluncurkan token BNB di jaringan Ethereum, kemudian memindahkannya ke Binance Chain setelah mengembangkan blockchain sendiri. 

Transformasi ini menunjukkan bahwa coin dan token berada dalam spektrum yang saling melengkapi. Token memungkinkan peluncuran proyek yang cepat dan mudah, sementara coin memberikan kendali penuh atas infrastruktur. Dalam jangka panjang, pilihan antara keduanya sering kali ditentukan oleh kebutuhan skalabilitas, keamanan, dan otonomi teknis dari masing-masing proyek. 

Namun demikian, token tetap menjadi tulang punggung dalam banyak inovasi teknologi blockchain saat ini. Banyak sektor seperti decentralized autonomous organization (DAO), NFT, dan game berbasis blockchain bergantung sepenuhnya pada penggunaan token untuk mengelola aset, hak suara, dan interaksi dalam platform. 

Memahami perbedaan antara token dan coin merupakan langkah awal yang penting bagi siapa pun yang ingin mengenal dunia kripto secara lebih mendalam. Coin adalah aset digital yang memiliki blockchain sendiri, sedangkan token dibangun di atas jaringan blockchain lain dengan memanfaatkan protokol standar tertentu. Keduanya memainkan peran vital dalam ekosistem blockchain yang luas dan saling melengkapi dalam pengembangan teknologi. 

Baik coin maupun token dapat dikategorikan sebagai altcoin, tergantung pada konteks teknis atau pasar. Pemahaman yang akurat tentang istilah-istilah ini tidak hanya memperluas pengetahuan, tetapi juga membantu dalam pengelolaan aset digital secara aman dan efisien. 

Bagi Sahabat Floq yang sedang belajar atau mendalami dunia kripto, teruslah memperbarui pengetahuan dan jangan ragu mengeksplorasi berbagai sumber informasi yang terpercaya. Dengan pemahaman yang tepat, kamu dapat berpartisipasi secara lebih bijak dan aktif dalam perkembangan teknologi blockchain di masa depan, dan kamu bisa melanjutkan perjalanan belajar ini dengan mengikuti berbagai materi edukatif yang tersedia secara gratis di Floq Academy.

Disclaimer: Seluruh informasi yang disampaikan disusun oleh mitra industri dengan tujuan memberikan edukasi kepada pembaca. Kami menyarankan Anda untuk melakukan riset secara mandiri dan mempertimbangkan dengan matang sebelum melakukan transaksi.

Loading...
Blur 2

Belajar, Investasi, dan Tumbuh Bersama Kami

Jadilah bagian dari FLOQ. Mulai perjalanan investasimu dengan platform terpercaya dari hari pertama.

Google PlayApp Store
Blur 2Blur 2Device